Berita Viral | Berita Terpercaya | Berita Terkini | Info Berita Hari Ini | Berita Terkini
Toko kelontong adalah sebutan yang sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia. Umumnya, istilah ini merujuk pada toko kecil yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari, mulai dari sembako, jajanan, hingga peralatan rumah tangga. Tapi, pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa namanya “kelontong”?
Ternyata, nama ini punya cerita sejarah yang unik dan kental dengan budaya!
Berawal dari Bunyi Barang Dagangan
Menurut beberapa sumber sejarah dan budaya lokal, kata “kelontong” berasal dari suara barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang zaman dulu—terutama pedagang keliling dari etnis Tionghoa.
Mereka biasa menjajakan barang-barang kebutuhan rumah tangga menggunakan pikulan atau gerobak kecil. Saat berjalan, barang-barang logam seperti panci, wajan, sendok, dan lainnya akan berbunyi “klontang-klontong” karena saling beradu.
Dari suara khas inilah, masyarakat kemudian menyebut jenis dagangan itu sebagai dagangan “kelontong”.
Pengaruh Budaya Tionghoa
Banyak penjual kelontong pada masa awal adalah perantau Tionghoa, terutama di Jawa dan Sumatera. Mereka menjual barang-barang kebutuhan rumah tangga secara keliling sebelum akhirnya menetap dan membuka toko tetap. Kata “kelontong” pun akhirnya melekat bukan hanya pada dagangan, tapi juga pada jenis tokonya.
Evolusi Jadi Toko Tetap
Seiring waktu, pedagang kelontong yang awalnya keliling mulai membuka toko kecil di rumah atau di pinggir jalan, menjual berbagai kebutuhan harian. Dari situlah lahir istilah “toko kelontong” seperti yang kita kenal sekarang—toko serba ada versi lokal yang jadi andalan warga sekitar.
Ciri Khas Toko Kelontong
- Menjual barang campuran: makanan ringan, sabun, minyak goreng, dll
- Biasanya milik perseorangan atau keluarga
- Harga bisa lebih fleksibel dibanding minimarket modern
- Lokasi strategis, dekat dengan pemukiman
Kesimpulan
Nama “toko kelontong” bukan sekadar istilah biasa, tapi punya sejarah panjang yang berkaitan dengan budaya, suara khas dagangan, dan perjuangan para pedagang kecil dari masa ke masa. Meski kini bersaing dengan minimarket modern, toko kelontong tetap punya tempat di hati masyarakat—karena kehangatan, kedekatan, dan keramahan yang tak tergantikan.
Komentar