Monosodium glutamat (MSG), yang dikenal sebagai micin, secara umum dianggap aman dalam batas konsumsi normal menurut badan pengatur seperti FDA dan EFSA. Namun, konsumsi MSG berlebihan dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, mulai dari rasa tidak nyaman ringan hingga risiko obesitas dan kerusakan saraf. Artikel ini membahas mekanisme kerja MSG, dampak negatifnya jika dikonsumsi berlebihan, serta cara mengurangi risiko bagi kesehatan.

Apa itu MSG (Micin)?

Monosodium glutamat adalah garam natrium dari asam glutamat, asam amino non-esensial yang secara alami terdapat dalam berbagai makanan seperti tomat dan keju. MSG digunakan sebagai penyedap rasa untuk menghadirkan rasa umami, menambah kelezatan pada makanan olahan dan masakan sehari-hari. Meskipun memiliki sejarah penggunaan sejak awal abad ke-20, MSG masih sering menuai kontroversi terkait efek sampingnya.

Mekanisme Kerja MSG dalam Tubuh

MSG bekerja dengan meningkatkan kadar glutamat bebas di saluran pencernaan, kemudian glutamat ini berikatan dengan reseptor pada lidah untuk memicu rasa gurih umami. Selain itu, glutamat dari MSG dapat diserap ke dalam aliran darah dan berperan sebagai neurotransmitter eksitatori di otak. Konsentrasi glutamat yang terlalu tinggi berpotensi menyebabkan stimulasi berlebihan pada sel saraf, yang pada kondisi eksperimental telah dikaitkan dengan neurotoksisitas.

Dampak Negatif Konsumsi MSG Berlebihan

1. Sensitivitas MSG (MSG Symptom Complex)

Sejumlah orang melaporkan mengalami gejala seperti sakit kepala, pembengkakan wajah, dan sensasi kesemutan setelah mengonsumsi makanan yang mengandung MSG. Gejala lain yang umum dilaporkan termasuk berkeringat berlebih, palpitasi jantung, dan mual. Meskipun reaksi ini tidak memerlukan perawatan medis khusus, mereka bisa sangat mengganggu kualitas hidup bagi individu sensitif MSG.

2. Risiko Obesitas dan Sindrom Metabolik

Beberapa studi pada hewan dan manusia menunjukkan hubungan antara konsumsi MSG berlebih dengan peningkatan risiko obesitas dan gangguan metabolik seperti diabetes tipe 2. MSG diduga memengaruhi pusat kontrol nafsu makan di hipotalamus, sehingga dapat meningkatkan asupan kalori dan penumpukan lemak. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa MSG dapat menyebabkan resistensi leptin dan lesi hipotalamus yang mengganggu regulasi berat badan. Hubungan ini menunjukkan adanya potensi kontribusi MSG terhadap epidemi obesitas global jika dikonsumsi tidak terkendali.

3. Neurotoksisitas dan Kerusakan Sel Saraf

Penelitian in vitro mengungkap bahwa dosis MSG tinggi dapat menyebabkan kematian sel neuron primer melalui excitotoxicity, meski studi in vivo pada tikus menunjukkan hasil yang bervariasi. Studi pra-klinis juga mengaitkan MSG dengan gangguan neurokognitif dan penurunan fungsi saraf pada model hewan, meskipun bukti pada manusia masih terbatas dan kontroversial. Selain itu, penelitian pra-klinis mencatat bahwa MSG dapat memicu inflamasi rendah grade, kerusakan hati, ginjal, dan efek genotoksik pada hewan percobaan.

4. Gangguan Kardiovaskular

MSG berlebih dapat memicu peningkatan tekanan darah dan potensi cardiotoksisitas berdasarkan studi preklinis, yang mengindikasikan adanya risiko hipertensi dan kerusakan jaringan jantung. Beberapa laporan anekdotal juga menyebut gejala seperti nyeri dada setelah konsumsi MSG, meskipun belum ada konsensus ilmiah kuat pada populasi luas.

5. Gangguan Saluran Pernapasan dan Asma

MSG dapat memicu gejala asma pada individu sensitif, meski mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami. Sinyal inflamasi dan pelebaran pembuluh darah yang dipicu MSG berperan dalam memicu gejala pernapasan tertentu pada kelompok rentan.

Faktor Risiko dan Dosisi

Konsumsi MSG dalam jumlah yang wajar (kurang dari 3 gram per hari) umumnya ditoleransi dengan baik oleh kebanyakan orang. Risiko kesehatan meningkat seiring dengan seberapa sering dan seberapa banyak MSG dikonsumsi, terutama melalui makanan siap saji dan olahan yang kaya penyedap rasa. Label makanan biasanya mencantumkan MSG sebagai “monosodium glutamat” atau “E621,” yang dapat dijadikan acuan dalam memilih produk.

Cara Mengurangi Risiko Konsumsi MSG

  • Perbanyak konsumsi makanan segar seperti buah, sayur, dan daging tanpa olahan untuk mengurangi paparan MSG.

  • Baca label kemasan dengan cermat dan hindari produk yang mencantumkan E621 atau monosodium glutamat.

  • Kurangi frekuensi makan di restoran cepat saji atau penyedia masakan siap saji yang sering menambahkan MSG secara berlebihan.

  • Gunakan rempah alami seperti bawang putih, jahe, atau kaldu alami untuk meningkatkan rasa masakan tanpa bergantung pada MSG.

Kesimpulan

MSG atau micin adalah aditif penyedap rasa yang secara umum aman jika digunakan dalam dosis wajar, meski sensitivitas tertentu dapat menyebabkan gejala ringan seperti sakit kepala dan kesemutan. Namun, konsumsi berlebihan berpotensi memicu risiko obesitas, kerusakan saraf, gangguan kardiovaskular, dan inflamasi rendah grade berdasarkan studi preklinis dan anekdotal. Penting bagi konsumen untuk membatasi asupan MSG dengan memilih makanan segar, memeriksa label, dan mengganti penyedap kimia dengan rempah alami guna menjaga kesehatan jangka panjang

baca juga : waspadai bahaya tersembunyi di balik ikan sarden kaleng

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *