oleh

Investor Pilih Vietnam, RI Tak Menarik Lagi?

Investor Ogah Investasi di RI & Pilih Vietnam, Indonesia Seburuk Itu?

Selama beberapa tahun terakhir, perhatian investor asing terhadap kawasan Asia Tenggara terus meningkat. Namun yang mengejutkan adalah bahwa banyak investor kini lebih memilih Vietnam dibanding Indonesia. Padahal, secara geografis, demografis, dan potensi pasar, Indonesia sering dianggap sebagai raksasa ekonomi regional. Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah iklim investasi di Indonesia benar-benar seburuk itu?

Vietnam Melesat, Indonesia Tertinggal?

Vietnam telah menjadi rising star dalam peta investasi global. Negara ini mengalami lonjakan investasi asing langsung (FDI) sejak perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok mencuat. Banyak perusahaan multinasional yang ingin mengalihkan produksinya dari Tiongkok memilih Vietnam sebagai basis manufaktur baru karena:

  • Biaya tenaga kerja yang rendah

  • Insentif pajak dan kebijakan pro-investasi

  • Stabilitas politik dan ekonomi

  • Akses ke pasar bebas berkat perjanjian perdagangan (seperti CPTPP dan EVFTA)

Pada 2024, Vietnam berhasil mencatatkan FDI sebesar USD 36 miliar, sebagian besar datang dari sektor teknologi, otomotif, dan tekstil. Bandingkan dengan Indonesia yang hanya berhasil mengumpulkan sekitar USD 25 miliar dalam periode yang sama. Ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia memiliki potensi besar, daya tariknya di mata investor masih kalah saing.

Apa yang Membuat Investor Enggan ke Indonesia?

Ada beberapa alasan utama mengapa investor tampak “ogah” masuk ke Indonesia:

1. Birokrasi yang Berbelit-belit

Meski pemerintah telah meluncurkan sistem OSS (Online Single Submission) dan Undang-Undang Cipta Kerja, birokrasi masih menjadi momok. Banyak pelaku usaha asing yang mengeluhkan proses perizinan yang lambat, tumpang tindih antara pusat dan daerah, serta praktik pungutan liar.

2. Kepastian Hukum Lemah

Indonesia masih dinilai memiliki ketidakpastian hukum yang tinggi. Seringkali, peraturan berubah mendadak dan penegakan hukum tidak konsisten. Ini membuat investor ragu untuk menanamkan modal besar dalam jangka panjang.

3. Ketergantungan Infrastruktur

Walau pembangunan infrastruktur gencar dilakukan, banyak kawasan industri di luar Pulau Jawa masih belum terjangkau infrastruktur dasar yang memadai seperti pelabuhan, jalan tol, dan listrik.

4. Isu Ketenagakerjaan

Kondisi tenaga kerja Indonesia masih menghadapi tantangan dari sisi produktivitas dan skill. Di sisi lain, regulasi ketenagakerjaan dianggap terlalu melindungi buruh, sehingga membatasi fleksibilitas perusahaan.

5. Ketidakjelasan Insentif

Banyak calon investor yang mengeluhkan tidak adanya transparansi dan konsistensi dalam pemberian insentif fiskal maupun nonfiskal. Proses pengajuan insentif dianggap panjang dan penuh ketidakpastian.

Narasi yang Perlu Diperbaiki

Selain hambatan struktural, citra Indonesia di mata investor juga menjadi faktor penting. Indonesia seringkali disorot karena isu korupsi, ketidakstabilan regulasi, serta kebijakan ekonomi yang dianggap terlalu proteksionis.

Di sisi lain, Vietnam berhasil membangun narasi sebagai negara yang ramah investor. Pemerintah Vietnam secara aktif mempromosikan wilayah industri baru, menyederhanakan perizinan, dan membuka diri terhadap teknologi dan modal asing.

Apa Solusi untuk Indonesia?

Indonesia masih memiliki peluang besar untuk merebut hati investor, asalkan mampu melakukan pembenahan nyata di berbagai sektor. Berikut beberapa langkah strategis yang bisa ditempuh:

1. Perbaikan Regulasi dan Kepastian Hukum

Pemerintah perlu memastikan bahwa aturan investasi bersifat jangka panjang, tidak berubah-ubah, serta memberikan jaminan perlindungan hukum bagi investor.

2. Penyederhanaan Prosedur Investasi

Sistem OSS harus dioptimalkan sepenuhnya, dan sinkronisasi antara pusat dan daerah mutlak dilakukan agar proses perizinan benar-benar satu pintu dan cepat.

3. Insentif yang Jelas dan Kompetitif

Perlu adanya paket insentif yang kompetitif, khususnya untuk sektor strategis seperti energi terbarukan, teknologi, dan manufaktur. Proses pengajuan harus transparan dan berbasis digital.

4. Peningkatan SDM dan Reformasi Ketenagakerjaan

Program pelatihan vokasi dan peningkatan kualitas pendidikan harus didorong. Selain itu, reformasi UU Ketenagakerjaan harus menciptakan keseimbangan antara perlindungan buruh dan fleksibilitas perusahaan.

5. Kampanye Branding Ekonomi Indonesia

Pemerintah perlu aktif melakukan promosi dan membangun narasi positif di kancah internasional bahwa Indonesia adalah destinasi investasi yang stabil dan menguntungkan.

Potensi Masih Besar

Terlepas dari berbagai masalah, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat. Dengan populasi lebih dari 275 juta jiwa, kelas menengah yang terus tumbuh, dan bonus demografi yang masih berjalan, pasar Indonesia sangat besar dan menjanjikan.

Jika pembenahan dilakukan secara serius dan terstruktur, bukan tidak mungkin Indonesia akan kembali menjadi magnet investasi global. Tantangan utama adalah kecepatan dan keberanian dalam mereformasi diri, sebelum investor sepenuhnya beralih ke negara lain.


Kesimpulan:
Pilihan investor untuk melirik Vietnam lebih dari Indonesia bukan semata soal tren, tapi karena Vietnam berhasil memberi kenyamanan dan kejelasan bagi investor asing. Indonesia bukan tidak menarik, tetapi perlu perbaikan serius dan berkelanjutan agar potensi ekonominya benar-benar bisa dimaksimalkan. Ibaratnya, Indonesia adalah berlian yang masih perlu dipoles lebih keras agar bisa bersinar kembali di mata dunia.

baca juga : cara mengurangi polusi udara di kota kota besar

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *