Pendahuluan
angginews.com Baru-baru ini, kebijakan pengiriman anak-anak ke barak militer sebagai upaya pembinaan karakter telah menimbulkan kontroversi di masyarakat. Beberapa pemerintah daerah, seperti di Jawa Barat, menerapkan program ini dengan tujuan mendisiplinkan anak-anak yang dianggap bermasalah. Namun, kebijakan ini menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan, termasuk pakar pendidikan dan psikolog anak.
Latar Belakang Kebijakan
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menginisiasi program pengiriman anak-anak yang dianggap nakal ke barak militer untuk mengikuti pendidikan karakter. Program ini telah diterapkan di beberapa daerah, termasuk Cianjur, Purwakarta, dan Singkawang. Menurut Dedi, program ini bertujuan untuk mengubah perilaku anak-anak yang sering melakukan tindakan negatif, seperti merokok dan minum alkohol. Ia mengklaim bahwa setelah mengikuti program ini, banyak anak yang menunjukkan perubahan positif dalam perilaku mereka.
Pandangan Pakar Pendidikan
Meskipun ada klaim keberhasilan, banyak pakar pendidikan yang mengkritisi kebijakan ini. Retno, seorang pemerhati pendidikan, menyatakan bahwa tidak ada dasar hukum yang mengatur pengiriman anak-anak ke barak militer sebagai bentuk pembinaan. Ia menekankan bahwa masalah perilaku anak sering kali dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk keluarga dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih edukatif dan berbasis pada pemahaman psikologis anak dianggap lebih tepat.
Dampak Psikologis pada Anak
Mengirim anak-anak ke lingkungan militer yang ketat dapat menimbulkan dampak psikologis yang serius. Pakar pendidikan dari detikEdu menyatakan bahwa anak-anak bisa mengalami trauma akibat perlakuan keras di barak militer. Anak-anak membutuhkan lingkungan yang aman dan suportif untuk tumbuh dan berkembang, bukan lingkungan yang menekan dan menakutkan.
Hak Anak dan Aspek Legal
Pengiriman anak-anak ke barak militer juga menimbulkan pertanyaan mengenai hak anak. Menurut Ulfa, seorang pemerhati hak anak, sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan penuh empati bagi anak-anak. Mengirim anak ke barak militer tanpa persetujuan yang jelas dari anak dan orang tua dapat melanggar hak-hak anak. Oleh karena itu, kebijakan ini perlu dikaji ulang agar tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip perlindungan anak.
Alternatif Pembinaan Karakter
Sebagai alternatif, pendekatan pembinaan karakter yang lebih edukatif dan berbasis pada pemahaman psikologis anak dianggap lebih efektif. Program-program seperti konseling, kegiatan ekstrakurikuler, dan pelatihan keterampilan sosial dapat membantu anak-anak mengembangkan perilaku positif tanpa harus mengalami tekanan yang berlebihan. Selain itu, melibatkan keluarga dan komunitas dalam proses pembinaan juga penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak.
Kesimpulan
Kebijakan pengiriman anak-anak ke barak militer sebagai upaya pembinaan karakter menimbulkan kontroversi yang signifikan. Meskipun ada klaim keberhasilan, pendekatan ini dapat menimbulkan dampak psikologis yang serius dan berpotensi melanggar hak-hak anak. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih edukatif dan berbasis pada pemahaman psikologis anak untuk membantu mereka berkembang menjadi individu yang baik dan bertanggung jawab.
baca juga : Lintas malam ini
Komentar