oleh

Nilai Gotong Royong dalam Tradisi Sedekah Laut Jawa

Pendahuluan

angginews.com Pantai Selatan Jawa bukan hanya terkenal dengan ombaknya yang besar dan pemandangannya yang menakjubkan, tetapi juga menyimpan kekayaan tradisi yang masih terjaga hingga kini. Salah satu tradisi tersebut adalah Sedekah Laut, sebuah ritual adat yang diadakan oleh masyarakat nelayan untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil laut yang melimpah sekaligus memohon keselamatan selama melaut. Lebih dari sekadar ritual spiritual, Sedekah Laut menjadi cerminan nyata nilai gotong royong yang sudah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat pesisir.

Makna Filosofis Sedekah Laut

Secara filosofis, Sedekah Laut adalah bentuk komunikasi antara manusia dengan alam. Nelayan percaya bahwa laut memiliki “penunggu” atau kekuatan gaib yang harus dihormati. Dengan memberikan sesaji ke laut, masyarakat berharap terhindar dari bencana, mendapatkan hasil tangkapan melimpah, dan menjaga hubungan harmonis dengan alam.
Namun, di balik makna spiritual ini, Sedekah Laut juga menjadi sarana mempererat hubungan antarwarga. Semua lapisan masyarakat, mulai dari nelayan, pedagang, pemuda, hingga sesepuh desa, turut berpartisipasi.

Gotong Royong sebagai Jiwa Pelaksanaan

Pelaksanaan Sedekah Laut melibatkan kerja sama yang luar biasa. Warga bahu-membahu menyiapkan segala kebutuhan, mulai dari membuat hiasan perahu, menyiapkan sesaji, hingga mengatur jalannya prosesi. Misalnya, para ibu memasak hidangan tradisional untuk dibagikan kepada para tamu, sedangkan para pemuda membantu menghias perahu dan menata panggung hiburan.
Nilai gotong royong terlihat jelas ketika semua warga bekerja tanpa pamrih demi kelancaran acara. Tidak ada yang merasa terbebani, karena mereka menyadari bahwa keberhasilan acara adalah kebanggaan bersama.

Tahapan Ritual yang Sarat Kebersamaan

Tradisi ini biasanya dimulai dengan doa bersama di balai desa atau di tepi pantai. Selanjutnya, perahu yang sudah dihias indah akan membawa sesaji ke tengah laut. Perjalanan ini diiringi musik tradisional seperti gamelan atau angklung, menciptakan suasana meriah.
Setelah sesaji dilarung, acara berlanjut dengan pentas seni dan pasar rakyat. Inilah momen di mana gotong royong tidak hanya berhenti di persiapan, tetapi juga tercermin dalam menjaga keamanan, kebersihan, dan kenyamanan semua pengunjung.

Peran Generasi Muda

Menariknya, Sedekah Laut juga menjadi ajang pendidikan budaya bagi generasi muda. Para pemuda desa tidak hanya menjadi panitia, tetapi juga mempelajari makna dan filosofi di balik setiap simbol ritual. Dengan terlibat langsung, mereka menyerap nilai kebersamaan, toleransi, dan saling menghargai. Hal ini penting agar tradisi tetap lestari di tengah arus modernisasi.

Dampak Sosial Ekonomi

Selain mempererat hubungan sosial, Sedekah Laut juga memberi dampak ekonomi positif. Pasar rakyat yang digelar bersamaan dengan ritual ini menjadi peluang bagi warga untuk menjual hasil bumi, makanan tradisional, dan kerajinan tangan. Dengan begitu, tradisi ini menjadi penggerak ekonomi lokal yang dikelola secara kolektif melalui prinsip gotong royong.

Tantangan Pelestarian

Sayangnya, tantangan tetap ada. Perubahan gaya hidup, masuknya budaya modern, dan berkurangnya generasi muda yang tinggal di desa membuat pelestarian tradisi ini menghadapi hambatan. Meski demikian, masyarakat yang sadar akan nilai kebersamaan terus berupaya mempertahankannya, misalnya dengan melibatkan sekolah-sekolah dan komunitas pemuda dalam setiap pelaksanaan.

Kesimpulan

Tradisi Sedekah Laut di Pantai Selatan Jawa bukan hanya ritual adat yang sarat nilai spiritual, tetapi juga cerminan nyata semangat gotong royong masyarakat pesisir. Melalui kebersamaan dalam persiapan, pelaksanaan, hingga penutupan acara, terlihat jelas bahwa gotong royong adalah perekat sosial yang menguatkan identitas budaya.
Menjaga tradisi ini berarti menjaga warisan yang tidak ternilai, baik dari segi budaya, sosial, maupun ekonomi. Di tengah tantangan zaman, gotong royong yang menjadi ruh Sedekah Laut adalah pengingat bahwa kekuatan komunitas terletak pada kebersamaan, bukan individualisme.

Baca Juga : Berita Terkini