oleh

Warga Bengkulu Ubah Sampah Jadi BBM Setara Solar & Pertamax

Berita Viral | Berita Terpercaya | Berita Terkini | Info Berita Hari Ini | Berita Terkini

Inovasi luar biasa datang dari Bengkulu. Dua warga, Derman Sitorus dan Ardi, sukses menciptakan terobosan dengan mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif setara Solar dan Pertamax. Inovasi ini menjadi solusi nyata atas masalah sampah dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Keduanya menggunakan mesin bernama Fast Pyrolysis generasi kelima (Faspol 5.0). Mesin ini mampu mengolah 50 kilogram sampah plastik seperti kantong kresek, styrofoam, dan limbah plastik lainnya hanya dalam waktu 8 jam. Hasilnya? Sebanyak 45 liter bahan bakar alternatif yang telah dipatenkan dengan nama Petasol.

“Lima puluh kilogram sampah plastik bisa menghasilkan 45 liter bahan bakar setara Solar atau Pertamax dalam sehari. Dan ini siap langsung digunakan untuk mobil bermesin diesel,” ujar Ardi saat ditemui di tempat pengolahan limbah di Jalan Keramat Teluk, Kelurahan Betungan, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu (27/3/2025), dikutip dari Kompas.com.

BBM hasil olahan tersebut tidak hanya bersih, tetapi juga telah dimanfaatkan oleh kalangan terbatas. Beberapa pengguna di antaranya adalah pabrik tahu yang menggunakan mesin diesel serta kendaraan masyarakat yang berbahan bakar solar. Ini membuktikan bahwa bahan bakar alternatif dari sampah plastik tersebut layak pakai dan efisien.

“Solar kita digunakan oleh mesin diesel pabrik tahu dan mobil masyarakat. Hasilnya bersih, bagus, dan tidak bermasalah,” ungkap Derman Sitorus.

Kegiatan pengolahan ini berada di bawah naungan Bank Sampah Pejuang Lingkungan (BSPL) Bengkulu, yang selama ini memang aktif dalam pengelolaan sampah terpadu dan edukasi lingkungan.

Mesin Faspol 5.0 sendiri merupakan teknologi pyrolysis yang memecah struktur kimia plastik melalui panas tanpa oksigen, lalu mengubahnya menjadi cairan bahan bakar. Dengan sistem ini, plastik yang selama ini dianggap limbah sulit terurai justru menjadi sumber energi alternatif yang bernilai tinggi.

Inovasi ini tidak hanya mengurangi timbunan sampah plastik yang mencemari lingkungan, tetapi juga menawarkan solusi bahan bakar terjangkau dan berkelanjutan bagi masyarakat. Petasol kini menjadi contoh bagaimana pendekatan teknologi dan kepedulian lingkungan bisa berjalan beriringan.

Ke depan, Derman dan Ardi berharap teknologi ini bisa diperluas dan didukung oleh pemerintah maupun swasta agar bisa diterapkan di berbagai wilayah Indonesia. Terutama di daerah-daerah yang masih menghadapi persoalan besar dalam pengelolaan sampah plastik.

Apa yang dilakukan oleh dua warga Bengkulu ini adalah bukti bahwa solusi besar bisa lahir dari masyarakat yang peduli dan kreatif. Sebuah inspirasi nyata bahwa sampah bukan hanya masalah, tetapi juga potensi besar bila dikelola dengan inovasi.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *