angginews.com Dalam beberapa tahun terakhir, diet fasting atau dikenal sebagai intermittent fasting menjadi salah satu tren kesehatan yang paling banyak dibahas. Meskipun awalnya hanya dianggap sebagai cara menurunkan berat badan, kini semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa diet fasting memiliki dampak besar terhadap penyakit metabolik, seperti diabetes tipe 2, obesitas, sindrom metabolik, hingga kolesterol tinggi.
Selain itu, masyarakat modern cenderung mengadopsi diet fasting karena sederhananya metode ini. Tidak ada larangan jenis makanan tertentu, hanya pengaturan waktu makan. Oleh karena itu, pola ini dianggap lebih fleksibel dibanding diet lain yang terlalu ketat.
Apa Itu Diet Fasting Interval?
Diet fasting adalah pola makan yang mengatur waktu puasa dan waktu makan dalam satu hari atau dalam beberapa hari. Jadi, fokusnya bukan pada apa yang dimakan, melainkan kapan makan dilakukan.
Beberapa metode yang paling populer adalah:
| Metode | Pola Waktu |
|---|---|
| 16:8 | Puasa 16 jam, makan dalam 8 jam |
| 5:2 | 5 hari makan normal, 2 hari kalori dibatasi |
| Eat-Stop-Eat | Puasa 24 jam sekali atau dua kali seminggu |
| Alternate-day fasting | Puasa selang-seling tiap hari |
Dengan mengatur waktu makan, tubuh dipaksa menggunakan cadangan energi yang tersimpan dalam bentuk lemak. Selain itu, diet fasting juga memengaruhi kadar insulin yang berhubungan langsung dengan penyakit metabolik.
Bagaimana Diet Fasting Bekerja di Dalam Tubuh?
Ketika kita makan, tubuh akan menghasilkan insulin untuk memproses glukosa dari makanan menjadi energi. Namun, ketika kita makan terus sepanjang hari, hormon insulin terus berada pada kondisi tinggi. Jika berlangsung dalam jangka panjang, kondisi ini meningkatkan risiko resistensi insulin dan berujung pada diabetes.
Sebaliknya, saat menjalankan diet fasting, tubuh mengalami beberapa proses penting:
-
Penurunan kadar insulin
-
Pembakaran lemak lebih optimal
-
Perbaikan fungsi sel (autophagy) – sel-sel yang rusak diperbaiki
-
Kadar gula darah menjadi stabil
Proses tersebut membuat diet fasting tidak hanya efektif untuk menurunkan berat badan, tetapi juga membantu mengurangi risiko penyakit metabolik.
Diet Fasting dan Dampaknya pada Penyakit Metabolik
Berikut dampak langsung diet fasting terhadap penyakit metabolik:
✅ 1. Mengurangi risiko diabetes tipe 2
Karena insulin menurun selama puasa, tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin dan mencegah resistensi insulin.
✅ 2. Menurunkan kadar lemak tubuh dan obesitas
Selama fase puasa, tubuh mengambil energi dari cadangan glikogen dan mulai membakar lemak.
✅ 3. Mengurangi kolesterol dan trigliserida
Intermittent fasting dapat menurunkan LDL (kolesterol jahat) sekaligus menaikkan HDL (kolesterol baik).
✅ 4. Mengurangi peradangan dan stres oksidatif
Peradangan kronis merupakan penyebab utama sindrom metabolik.
Selain itu, diet fasting juga meningkatkan kesehatan jantung karena membantu perbaikan tekanan darah dan fungsi pembuluh darah.
Keunggulan Diet Fasting Dibandingkan Diet Lain
Selain dampaknya yang signifikan terhadap penyakit metabolik, diet fasting juga memiliki kelebihan yang membuatnya lebih mudah dijalani:
-
Tidak perlu menghitung kalori setiap hari
-
Tidak ada larangan jenis makanan tertentu
-
Fleksibel untuk berbagai gaya hidup
-
Cocok untuk orang sibuk yang sulit memikirkan menu diet
Dengan kata lain, diet fasting lebih berfokus pada perubahan kebiasaan makan, bukan larangan makanan.
Tips Memulai Diet Fasting untuk Pemula
Walaupun efektif, tidak semua orang bisa langsung menjalankannya. Agar diet fasting berjalan lancar, lakukan langkah-langkah berikut:
✔ Mulai dengan pola 12:12 lalu naik menjadi 16:8
✔ Perbanyak air putih dan minuman tanpa kalori
✔ Konsumsi makanan bernutrisi saat waktu makan dimulai
✔ Hindari makan berlebihan sebagai kompensasi setelah puasa
Selain itu, sangat penting untuk tetap menjaga kualitas makanan. Puasa bukan alasan untuk makan camilan tinggi gula atau makanan cepat saji saat waktu makan dibuka.
Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Diet Fasting
Banyak orang gagal melakukan diet fasting karena melakukan kesalahan berikut:
â›” Langsung melakukan metode ekstrem seperti puasa 24 jam
â›” Makan berlebihan saat jendela makan
â›” Kurang minum air putih
â›” Tidak memperhatikan kualitas makanan
Padahal, diet fasting lebih efektif jika tetap konsumsi makanan bergizi tinggi seperti sayuran, protein, dan lemak sehat.
Siapa yang Tidak Dianjurkan Melakukan Diet Fasting?
Walaupun aman, ada beberapa kondisi yang tidak disarankan menjalankan diet fasting:
-
Ibu hamil dan menyusui
-
Orang dengan diabetes yang menggunakan insulin
-
Orang dengan riwayat gangguan makan
-
Anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan
Jika memiliki kondisi tertentu, konsultasikan ke dokter atau ahli gizi sebelum memulai.
Kesimpulan: Diet Fasting untuk Kesehatan Jangka Panjang
Diet fasting bukan sekadar metode menurunkan berat badan, tetapi strategi untuk memperbaiki kesehatan metabolik secara keseluruhan. Dengan pengaturan waktu makan, tubuh dapat mengatur kembali hormon, memanfaatkan cadangan lemak sebagai energi, mengurangi risiko penyakit metabolik, serta meningkatkan kualitas hidup.
Kuncinya adalah konsistensi, bukan ekstremitas. Dengan memulai secara bertahap dan memilih pola makan seimbang, diet fasting dapat menjadi gaya hidup sehat yang mudah diikuti dalam jangka panjang.
Baca Juga : Berita Terbaru







Komentar