angginews.com Generasi Z atau yang akrab disebut Gen Z, terdiri dari mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Dikenal sebagai generasi yang melek teknologi, mereka tumbuh bersama internet, media sosial, dan tren digital yang cepat berubah. Hal ini tentu saja membentuk cara berpikir, gaya hidup, dan juga kebiasaan finansial mereka. Namun, di balik kemampuan adaptasi digital dan semangat entrepreneurship yang tinggi, terdapat sejumlah kebiasaan finansial Gen Z yang berisiko jika tidak segera diperbaiki.
1. Belanja Impulsif karena Influencer dan Diskon Online
Pertama-tama, kebiasaan belanja impulsif menjadi salah satu isu utama. Gen Z sangat aktif di media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, di mana mereka terpapar pada konten promosi yang dibungkus dalam bentuk hiburan. Bahkan, mereka sering terpengaruh oleh rekomendasi influencer atau tren viral yang membuat mereka tergoda untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Tak hanya itu, platform e-commerce yang terus menawarkan diskon, flash sale, hingga fitur “beli sekarang bayar nanti (BNPL)” mendorong mereka melakukan pembelian tanpa pertimbangan matang. Walaupun tampaknya menguntungkan, tetapi jika kebiasaan ini terus dilakukan, hal ini dapat menyebabkan masalah keuangan di kemudian hari.
2. Minimnya Tabungan Jangka Panjang
Meskipun sebagian Gen Z cukup sadar akan pentingnya menabung, tetapi banyak yang hanya fokus pada kebutuhan jangka pendek. Misalnya, menabung untuk membeli gadget terbaru, pergi liburan, atau menghadiri konser. Sementara itu, tabungan jangka panjang seperti dana darurat, pensiun, atau investasi masa depan sering kali diabaikan.
Padahal, memiliki dana cadangan sangat penting untuk menghadapi situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, kebutuhan medis mendesak, atau bahkan peluang investasi yang menguntungkan. Oleh karena itu, penting bagi Gen Z untuk membiasakan diri menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka untuk tabungan jangka panjang, bahkan dalam jumlah kecil sekalipun.
3. Kurangnya Literasi Keuangan
Lebih lanjut, kurangnya literasi keuangan menjadi persoalan serius yang dialami sebagian besar Gen Z. Banyak dari mereka belum memahami konsep dasar seperti bunga majemuk, inflasi, pengelolaan anggaran, atau perbedaan antara utang produktif dan utang konsumtif. Hal ini membuat mereka mudah tergoda dengan skema investasi bodong atau jeratan hutang konsumtif dari pinjaman online.
Sayangnya, literasi keuangan tidak selalu menjadi bagian dari kurikulum pendidikan formal. Maka dari itu, penting bagi anak muda untuk proaktif belajar keuangan dari berbagai sumber, seperti buku, seminar, podcast, atau mengikuti workshop daring yang kini banyak tersedia secara gratis.
4. Terlalu Mengandalkan Penghasilan dari Freelance atau Side Hustle
Memang benar, Gen Z dikenal sebagai generasi kreatif yang gemar mengejar penghasilan dari berbagai sumber, terutama lewat pekerjaan freelance atau bisnis kecil-kecilan di media sosial. Walaupun hal ini merupakan hal positif, tetapi ketergantungan penuh pada penghasilan tidak tetap bisa menjadi bumerang.
Mengapa? Karena pendapatan dari freelance biasanya tidak stabil dan sering kali tidak memiliki jaminan sosial seperti asuransi kesehatan atau dana pensiun. Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk membangun sistem keuangan yang solid, seperti mencatat pemasukan dan pengeluaran, memiliki asuransi dasar, serta mencari sumber pendapatan tambahan yang bersifat lebih konsisten.
5. Gaya Hidup “Fear of Missing Out” (FOMO)
Selanjutnya, fenomena FOMO juga menjadi penggerak utama kebiasaan konsumtif Gen Z. Karena aktif di media sosial, mereka cenderung ingin selalu terlihat “up-to-date”, entah itu dengan mengikuti tren fashion terkini, nongkrong di kafe hits, hingga ikut serta dalam event eksklusif. Hal ini memang menyenangkan, namun juga menguras keuangan jika dilakukan tanpa kontrol.
Untuk mengatasi hal ini, penting bagi Gen Z untuk belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Menyusun anggaran bulanan serta menetapkan batas pengeluaran hiburan bisa menjadi langkah awal yang bijak.
6. Investasi Tanpa Riset Mendalam
Saat ini, banyak Gen Z yang mulai tertarik pada dunia investasi. Sayangnya, sebagian dari mereka melakukannya hanya karena ikut-ikutan teman atau karena tergiur cuan cepat dari media sosial. Tanpa riset atau pemahaman mendalam, mereka bisa saja kehilangan uang dalam jumlah besar.
Apalagi, maraknya platform investasi yang mudah diakses melalui aplikasi ponsel kerap membuat mereka merasa percaya diri tanpa bekal pengetahuan yang cukup. Maka dari itu, sebelum berinvestasi, sebaiknya pelajari terlebih dahulu instrumen yang akan dipilih—baik itu saham, reksadana, atau kripto—dan pahami risikonya dengan saksama.
7. Mengabaikan Asuransi
Di samping menabung dan berinvestasi, memiliki perlindungan asuransi juga penting dalam perencanaan keuangan. Namun, banyak Gen Z yang belum menyadari pentingnya asuransi, baik itu asuransi kesehatan, jiwa, maupun kendaraan. Padahal, asuransi bisa melindungi kondisi keuangan dari beban biaya yang tiba-tiba.
Misalnya, jika suatu saat jatuh sakit dan tidak memiliki asuransi, maka seluruh biaya pengobatan harus ditanggung sendiri. Oleh karena itu, meski terdengar membosankan, memiliki asuransi dasar bisa menjadi penyelamat kondisi finansial.
Penutup: Saatnya Ubah Pola Pikir Finansial
Sebagai generasi penerus yang akan memimpin masa depan, Gen Z perlu lebih cermat dalam mengelola keuangannya. Dengan semakin banyaknya akses informasi dan teknologi, sebenarnya tidak ada alasan untuk tetap dalam kebiasaan finansial yang merugikan. Justru, dengan kedisiplinan, edukasi, dan kemauan untuk belajar, Gen Z bisa menjadi generasi paling tangguh secara finansial.
Meskipun saat ini tampaknya masih santai dan bebas, namun keuangan yang sehat di masa muda akan menentukan kualitas hidup di masa depan. Maka dari itu, mari ubah kebiasaan yang berisiko menjadi langkah-langkah cerdas menuju kemandirian finansial yang berkelanjutan.
baca juga : Berita Terbaru
Komentar